Jakarta, Petajurnalis – Komisi Penanggulangan AIDS Kota Administrasi Jakarta Utara (KPAK JU) bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Utara menyelenggarakan kegiatan sosialisasi di sejumlah sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Jakarta Utara, antara lain MAN 21, MAN 05, MTsN 5, MTsN 15, MTsN 39, dan MTsN 38 Jakarta. Jum’at (8/8/2025).
Reporter petajurnalis.co.id berkesempatan mengunjungi salah satu sekolah tempat diselenggarakannya sosialisasi oleh KPAK JU yang bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kota Administrasi Jakarta Utara, yaitu di MTsN 15 Jakarta, Jl. Marunda Baru, Cilincing, Jakarta Utara.
Di sana, reporter petajurnalis.co.id mewawancarai Plt. Sekretaris KPAK JU, Bapak Drs. Tri Witjaksono Sridadi, M.Si. Beliau menjelaskan bahwa tujuan kegiatan sosialisasi ini adalah untuk pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan HIV di kalangan remaja. Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi di beberapa sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah ini, KPAK JU berkolaborasi dengan beberapa narasumber, di antaranya Puskesmas Cilincing yang diwakili oleh dokter Kase dan LSM Peduli AIDS.
Beberapa materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini meliputi Dasar HIV AIDS, Kesehatan Reproduksi (Kespro), serta Stigma dan Diskriminasi. Beliau menambahkan bahwa di Jakarta Utara, khususnya, stigma dan diskriminasi masih sering terjadi, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Padahal, orang yang melakukan stigma dan diskriminasi tersebut belum tentu bebas dari virus HIV. Prinsipnya, untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV atau tidak, harus dilakukan tes darah yang dikenal dengan Voluntary Counseling Testing (VCT).
“Kasus HIV AIDS itu sendiri seperti fenomena gunung es. Kasus yang ditemukan saat ini hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya ada. Penyebab terjadinya fenomena gunung es ini adalah kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang masih sangat minim, karena orang yang bersangkutan merasa dirinya sehat, walaupun dia sadar pernah melakukan hal yang berisiko tertular virus HIV,” tegasnya.
Beliau berharap agar sosialisasi HIV dan AIDS diadakan di setiap sekolah agar dapat melindungi generasi muda dari virus HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
“Selain peran guru di sekolah, peran keluarga juga sangat penting dalam melindungi keluarganya dari berbagai hal negatif yang dapat merusak masa depan generasi muda penerus bangsa,” jelasnya.
Di tempat berbeda, reporter petajurnalis.co.id menyambangi Ujang Jatmika, SH, selaku koordinator Forum LSM Peduli AIDS Kota Jakarta Utara, yang juga berprofesi sebagai pengacara.
Beliau menegaskan bahwa untuk menuju ending AIDS di tahun 2030 bukanlah perkara mudah. Perlu adanya sinergi dari berbagai instansi, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Tanpa adanya sinergi, ia merasa target Ending AIDS di Indonesia tidak akan tercapai. Di Jakarta Utara sendiri, ada banyak LSM Peduli AIDS, dan keberadaan LSM inilah yang menjadi sebagian motor penggerak di lapangan.
Ia berharap agar LSM Peduli AIDS mendapatkan dukungan dari berbagai unsur agar saat mengimplementasikan program di lapangan tidak ada hambatan.
- Advertisement -
Secara spesifik, LSM Peduli AIDS sudah bergerak di berbagai komunitas berisiko tinggi seperti Pengguna Narkoba Suntik, Lelaki Berisiko Tinggi, Gay, Waria, Pekerja Seks langsung, dan Pekerja Seks tidak langsung, pungkasnya.
( Denis/ Red).