PetaJurnalis.co.id < Jakarta >- Refleksi Akhir Tahun dan Doa bersama Tokoh Lintas Agama dengan tema “Pancasila Perekat Bangsa”. Acara berlangsung mulai pukul 14:00 WIB sd selesai, di Jl. Margasatwa. Jl. Raya Pasar Minggu, No. 37 Ragunan. Kec. Cilandak. Jakarta selatan. Minggu 15 Desember 2024.
Turut hadir para tokoh lintas agama diantaranya:
Ustadz Reza Zulkifli selaku ketua (FID), Bhante Damasubho Mahatera (Tokoh Ummat Budha) Tuan Rumah, Budi S. Tanu Wibowo (Ketua Umum DPP MATAKIN), Dr. Jerry Sambuaga (Tokoh Pemuda), KH.Habib Mukhsin Al-Attas selaku (Tokoh Agama Islam), Pendeta Jacky Manuputty (Ketua Umum PGI), Michael Sinaga (Tokoh Pemuda Kristen) selaku moderator, Teo Sambuaga (Dewan Pembina Forum Indonesia Damai), Habib Al-Athos, Prof. Dr. KH. Manarul Hidayat (Pimpinan Ponpes Al Manar Azhari), Daniel Johan (Wakil Ketua Komisi IV DPR RI).
Dalam wawancaranya kepada para pewarta, Ustadz Reza Zulkifli selaku ketua Forum Indonesia Damai (FID) mengatakan, “Saya bersyukur dengan adanya momen ini bisa kumpul bersama para senior dan junior, dengan para tokoh-tokoh agama yang hebat, ada Kiyai, ada teman kita dari anggota Dewan, ada tokoh muda yang luar biasa dari (AMPI) yang tadi memaparkan tentang Pancasila sangat luar biasa. Jadi, mudah-mudahan dengan kita kompak, guyub, banyak yang bisa kita perbuat untuk Indonesa ini bakal hebat dan bikin semua bangsa di dunia bangga karena kita punya Pancasila dan memegang teguh kebhinekaan menjadi bangsa yang hebat. Kita tunggal di negara Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan Undang-Undang Dasar 1945.”kata Reza Zulkifli.
Ditempat yang sama, KH. Habib Mukhsin Al-Attas menyimpulkan bahwa, Agama adalah alat pemersatu, agama bisa untuk mempertemukan para tokoh, jangan sampai kalau terjadi apa-apa dalam negara baru para tokoh agama dilibatkan. “Maka dari itu, untuk pemerintahan yang sekarang Pak Prabowo Subianto kami dukung, supaya para tokoh agama dilibatkan dalam pemerintahan dan bisa menempatkan tokoh-tokoh agama untuk mengingatkan, menasehati, dan sifatnya terikat. Jangan sampai negara ini dipimpin oleh orang-orang yang rusak, tapi harus dipimpin orang-orang yang benar-benar pintar” ungkap Habib Mukhsin Al-Attas.
Bhante Damasubho Mahatera selaku (Tokoh Ummat Budha), menuturkan, di negara ini kita masing-masing punya agama dan keyakinan, secara vertikal masing-masing dalam kondisi bersama satu ruangan. “Nah tugas kita dari para tokoh agama untuk memberikan edukasi kepada ummatnya masing-masing supaya dalam perspektif kebangsaan ini kita bisa menyatu dalam toleransi berbangsa dan bernegara, ” tutur Bante Damasubho Mahatere.
Ketua Umum DPP MATAKIN Budi S. Tanuwibowo, menjelaskan, sehebat apapun sebuah peraturan sangat krusial. “Saya juga lagi masa sekolah pernah belajar tentang agama islam, Konghucu, Kristen, lalu saya sekarang beragama Budha. Jadi selama kita meninggikan kemanusiaan diatas prinsip keagamaan, maka hidup kita akan merasa tentram. Yang jadi permasalahan sekarang, seharusnya persoalan kita hanyalah perbedaan, agama maka untuk manusia, bukan manusia untuk agama, kita tekankan kepada semua jangan pernah mau di adu domba antara ummat yang satu dengan ummat yang lainnya, antara agama yang satu dengan agama yang lainnya, yuk kita saling menjaga agama kita masing-masing, “jelas Budi S. Tanuwibowo.
Pendeta Jacky Manuputty selaku ketua (Persekutuan Gereja Indonesia), berharap dan mengajak kepada semua ummat dan agama, ” Mari kita gali interprestasi- interprestasi, kalau kita semua berbeda, kalau perbedaan itu sudah kita sadari sebagai keniscayaan, kalau perbedaan itu menyebabkan kita bertengkar. “Maka 24 jam dalam sehari 30 hari dalam sebulan jangan habiskan waktu untuk bertengkar hanya karena perbedaan, mari kita jalin kerukunan dalam perbedaan, saling toleransi dalam keberagaman menurut ajaran agama masing-masing, kalau kita lakukan sebagai pemeluk agama, maka kita akan bisa menikmati kebahagiaan, kedamaian, ketentraman dalam perbedaan,”harapnya.
(red/My)